Senin, 30 November 2015

Lime And Blood

Lime And Blood
©2015 Nadia Idzni



PART I

A
nnatashia Varvara, nama itu tertulis disebelah namaku, ya nama ku Castella Eta, aku baru masuk ke SMA yang cukup terkenal di kotaku. Bangku tempat duduk disekolah ini diatur dan diacak oleh guru, jadi kami tidak bisa complaint dengan keputusan guru. Annatshia menurutku nama yang cukup unik. Yang kutahu adalah Anasthasia bukan Annatashia. Yang memberi nama pasti dia orang yang cenderung antimainstream, disekolah ini tidak ada murid baru yang berasal dari SMP ku dulu, karena SMP ku sangat tidak terkenal. Aku bisa masuk di sini karena aku mendapat beasiswa untuk melanjutkan kesekolah favorit, sangat beruntung kau tahu? Mungkin aku harus beradaptasi dengan murid-murid disini, mereka pasti orang-orang pintar dan cerdas, karena aku melihat asal sekolah mereka di kertas absen yang tertempel di tembok kelasku tadi. Aku melangkah ke tempat dudukku dan meletakkan tas di kursi, aku rasa Annatshia belum datang, padahal murid-murid sudah menempati tempat duduk mereka. Aku melihat jam tanganku, 10 menit lagi pelajaran pertama dimulai. Mungkin dia akan datang sebentar lagi, batin ku. Selama aku menunggu, aku memikirkan seperti apa Annatshia itu, mungkin dia cantik,pintar,dan berprestasi. Sangat di kagumi teman-temannya atau banyak pria yang mendekati nya, ahahaha…
Lamunanku pecah saat ada seseorang yang menepuk pundakku dari belakang, aku menoleh dan melihat perempuan dan dia tersenyum denganku, apakah dia Annatshia? “kamu lagi mikirin apa? Ah ya, nama aku Elvira Nurarefa aku dari SMP Mother Elessa, kamu? ” rasa senangku agak mencair sebab dia bukan wanita yang kunantikan, “wow, SMP Mother Elessa, sekolah itu sangat terkenal kan, aku Castella Eta dari SMP RoseWood, mungkin kau tak mengetahuinya kan? Sekolahan itu sangat jauh dari kota” aku tersenyum saat menerima salam jabat tangannya. “SMP RoseWood? Oh, adikku bersekolah disana”. “apa? Kenapa adikmu tidak bersekolah di SMP Mother Elessa atau SMP favorit lainnya?” tanyaku, aku sedikit tidak percaya kenapa adik dari kakak yang bersekolah di sekolah favorit yang megah malah memilih sekolah terpencil yang sangat murah. “adikku memang punya selera yang aneh, dia tidak mau bersekolah di sekolahan megah, katanya itu tidak membuatnya mudah berkonsentrasi, katanya RoseWood punya kebun bunga dan pohon pinus kan? Adikku sangat suka”, aku tertawa kecil “ah iya, cukup rindang memang, dan kau tahu…” belum aku menyelesaikan kalimat ku aku mendengar seseorang memanggil Elvira yang membuat ia menoleh “sayang…” suara lelaki, dia sangat tinggi dan bertubuh atletlik, aku rasa dia berasl dari SMP Sport Language , sekolah khusus atletik. “ah Erik,kenapa?” Elvira menjawab sambil mengelus rambut pria itu, “kangen berat aku sama kamu rik” Elvira sangat senang akan kehadirannya. “ah ya Castella, perkenalkan ini pacarku Taras Erik, dia dari SMP Sport Language” pria itu tersenyum padaku dan menjabat tangan persahabatan, sudah kuduga dia dari sekolah itu, batinku
Bel jam pertama berbunyi, mereka berdua kembali ke tempat duduk mereka sambil melambai kecil padaku, ah teman baru, kuharap Annatashia mirip mereka berdua. Pikiran ku kembali gelisah melihat kursi sebelahku masih kosong, masa udah jam segini dia belum datang, aku menghela nafas, mungkin dia sedang berhalangan jadi tidak bisa datang.
Aku melihat guru yang akan mengajar di pelajaran pertama, dia guru Matematika, guru yang sekaligus menjadi wali kelasku. Dia tidak memberi materi pelajaran, tetapi memperkenalkan murid satu persatu agar lebih akrab satu sama lain, aku teringat Anna belum datang, aku bertanya pada guruku kenapa Anna belum datang, guruku bilang bahwa dia sedang sakit jadi tidak bisa datang, pantas saja batinku. Aku mengenal beberapa orang yang langsung jadi temanku seperti Elvira,Taras,Nikolai, Raisa dan Sofia. Mereka dari sekolahan terkenal tetapi tidak sesombong yang kukira, biasanya kan orang dari sekolah terkenal cenderung sombong, tapi mereka sebaliknya, malah mereka bercerita banyak hal mengenai dirinya, sekolah dulunya, saat MOS sambil menambah beberapa lelucon yang membuatku tertawa. Ternyata mereka menyukai film kartun dan permainan anak kecil yang bahkan itu bukan sifat atau hobi untuk orang yang bersekolah di sekolah megah.
Waktu berlalu sangat cepat sehingga jam pulang pun berdering, aku pulang bersama Nikolai yang rumahnya cukup dekat dengan rumahku, dia adalah orang penuh lelucon, walau dia juara olimpiade sains di SMP nya dulu. Dia cenderung kelihatan seperti orang konyol, memperlihatkan wajah-wajah lucu yang membuatku tertawa terpingkal-pingkal, dia bahkan bisa menirukan suara orang,hewan yang pastinya suara itu dibuat sangat lucu. Di pertigaan kami harus berpisah, dia melambai padaku dan aku membalas lambaiannya. Aku meneruskan langkah ku pulang ke rumah. Malam hari seperti biasanya, orang tua ku berkumpul di ruang keluarga sambil bertanya kegiatan ku di hari pertama sekolah, aku menceritakan semua nya sampai mereka tertawa juga karena cerita teman-temanku.
Hari kedua aku berangkat penuh semangat, karena aku ingin bertemu teman-temanku lagi, aku bertemu Nikolai di ujung pertigaan, dia menyapaku sambil memakan rotinya, ini masih pagi kan kenapa dia makan sambil jalan “aku suka saja kok” jawabnya singkat. Aku hanya menggeleng dan melanjutkan perjalanan ku ke sekolah, rasa senang itu seketika hilang, begitu aku memasuki kelas ku dan melihat ada wanita yang menempati tempat duduk sebelah ku yang kosong kemarin, dia Annatashia? Mata kiri nya ditutup dengan penutup mata, poni rambutnya menutup sisi kiri wajahnya, jadi dia terlihat seperti tidak memakai eyepatch. Dia sedang membaca sesuatu yang kelihatannya serius sekali sampai kehadiranku pun tidak dipedulikannya, Nikolai melihat Anna dan tersenyum “hai Annatashia, kau kemarin tidak datang, katanya kau sakit. Namaku Nikolai” Nikolai mengulurkan tangan kearah Anna, tetapi Anna masih sibuk membaca, “Anna? Nikolai memanggilmu” aku berkata padanya sambil menepuk pundaknya. Dia berhenti membaca dan menoleh kearah Nikolai dan menyambut uluran tangan dengan wajah dingin. Nikolai pergi ke tempat duduknya dan tidak ingin berbicara lebih banyak dengan Anna, aku duduk dan melihat apa yang membuatnya seserius itu sampai orang yang berbicara dengannya tidak digubris sedikitpun. Aku melihat ada beberapa foto hitam-putih, foto berwarna dengan kualitas yang masih sederhana, dan beberapa foto terbaru. Dari setiap foto terdapat tahun foto itu diambil, aku perhatikan foto-foto itu, aku tercengang, sebab foto-foto itu adalah foto kecelakaan, mayat kecelakaan dan beberapa penampakan yang tidak jelas. “Anna, kenapa kau melihat foto-foto seperti itu” Tanya ku dengan nada sedikit ketakutan gara-gara aku membenci darah. Anna cuek kepadaku seperti Nikolai tadi, aku hanya diam dan melihat kembali foto-foto yang dilihat oleh Anna.
Aku tak menyangka ternyata Annatashia Varvara seperti ini…
Misterius,dingin dan cuek

~Bersambung…~


“Kira-kira Annatashia itu seperti apa ya orangnya, pasti dia sangat populer dan cerdas”
-Castella


Selasa, 03 November 2015

"DARAH SHOWER"

Untuk Kembaranku, Olivia Riana...


Malam itu aku kebagian shift sampai shubuh, biasa nya rumah sakit kalau udah malam yang jaga pasti dikit, apalagi rumah sakit jiwa
Aku sudah di RSJ ini sejak 2 tahun lalu, aku menangani spesialis penyakit kepribadian dan kebanyakan aku selalu shift pagi, jadi saat aku di panggil untuk mengambil shift malam untuk beberapa waktu, aku nyaris mencubit diriku berkali-kali. Kuharap ini hanya mimpi,batinku
Aku yang bosan menonton TV di kantor dokter yang harusnya shift malam diganti olehku, aku mulai menguap beberapa kali yang menandakan bahwa aku bukan manusia-manusia malam. Kulihat jam di dinding baru jam 11 malam, aku kembali mengecek keadaan pasien satu per satu. Mereka semua tidur, pikirku. Setelah itu aku menjatuhkan kepalaku di meja,keras sekali mejanya,batinku. Untung ada bantal kecil yang tak jauh dari meja, aku ambil bantal itu dan tidur.
Aku terbangun dengan keadaan kaget, sepertinya ada suara gaduh dari ujung lorong,pikirku. Aku ingin periksa tapi mata ku masih mengantuk. Mungkin itu pegawai rumah sakit yang suka ngepel lorong di malam hari, entah mengapa tapi lorong rumah sakit sering kotor saat malam. Katanya, kalau sore pasien-pasien yang ditaman sering main tanah sampai kaki mereka ngotorin lantai. Mereka sering main sampai jam 7an karena tamannya cukup banyak lampu penerangan.
Untuk kedua kalinya aku terbangun lagi, tapi bukan suara gaduh yang bikin kaget. Melainkan suara seperti bolham lampu pecah, aku dengan keadaan mengantuk berat bangun dari tempat, dan melihat jam, sudah jam 1 pagi  dan saat tepat aku memegang pegangan pintu, “PAT!” lampu mati seketika, aku menjauh dari pintu dan meraba-raba objek yang dekat dengan pintu, aku ingat ada senter di dekat pintu. Aku segera menghidupkan senter dan melihat kesekitar, aku membuka pintu dan keluar. Sepanjang lorong gelap sekali, seolah hanya di tempat aku berdiri adalah cahaya terakhir di ruma sakit ini. Aku ingin memanggil para pegawai, tapi sepertinya mereka masih diluar, beberapa pegawai keluar kebanyakan adalah cowok pengangguran yang udah ga ada harapan di terima di lapangan kerja kecil-kecil, tapi mereka kuat kalau narik para pasien yang bandel disuruh minum obat. Gaji mereka sih emang ga terlalu banyak, tapi mereka nerima-nerima aja kayanya, dan kalau tengah malam gini mereka suka keluar buat ngopi atau ngerokok.
Daripada nunggu ga jelas, aku memutuskan untuk ke ruang cctv, biasanya juga ada beberapa pegawai disana. Walau phobia gelap ku udah hilang cukup lama, tapi manusia tetep manusia kan. Yang namanya gelap mesti ada rasa merinding gimana gitu, aku berjalan sampai ujung lorong, syukur ga ada yang ngejer, batinku. Saat aku ingin melangkah ke ruang cctv, kebetulan ruang mandi pasien dekat dengan ruang cctv, saat melewati kamar mandi itu, aku mendengar suara shower atau pancuran tengah dinyalakan, masa ada yang mandi gelap-gelap begini. Aku sebernarnya udah ngerasa ga enak, tapi hati ini menyuruhku untuk melangkah mencari tahu siapa yang menghidupkan shower itu, aku masuk ke kamar mandi, jantungku berdegup kencang luar biasa. Kuberanikan diri ku melangkah menuju sumber suara, dengan pikiran ga jelas bikin pusing, aku menyenteri shower itu, saat aku lihat shower itu nihil, taka da siapapun yang memakai shower itu. Aku menghela nafas lega saat mengetahui tak ada siapapun yang memakai shower ini. Aku mematikan shower itu dan ingin berbalik keluar menuju ruang cctv.
Saat aku berbalik dan melangkah beberapa langkah, aku mendengar sebuah suara yang sangat jelas di telinga ku, suara yanga nyaris aku ingin melupakannya. Suara serak gadis itu, masih menghantuiku. “Aku….benar-benar…merin..dukan..mu.. aku…aku masih ingat….kau…kau.. memperlakukan..ku.. seperti ini…” aku membalikkan badanku dan lampu senterku langsung jatuh, aku rasa senter itu retak, karena aku melihat retakannya di banyangan senter itu. Senter itu menyinari kaki gadis itu. Dia tertawa kecil dan mengambil senter itu perlahan, aku melihat samar-samar darah mengalir di tangannya dan menetes ke lantai. Setelah dia mengambil senter itu, dia mematikannya. Aku sama sekali tidak bias lihat apapun, tetapi aku masih bisa merasakan gadis itu masih berdiri di depanku.
Dia meraih tanganku dan menyalakan senter itu tepat diwajahnya, aku nyaris sulit mengenalnya lagi. Karena dia sudah berbeda,
Seluruh wajahnya berlumuran darah…

-TAMAT-