©2015 Nadia Idzni
Part II
J
|
am istirahat telah berdering, semua murid berhamburan keluar
dan cepat-cepat ingin ke kantin untuk menikmati makanan mereka. Mereka terlihat
bersemangat, kecuali aku. Ya, rasa semangat ini pupus sudah saat bertemu
Annatashia, aku menyandarkan kepalaku ke tembok. Haah… aku menghela nafas
panjang, teman-temanku yang akan keluar untuk kekantin melihat ku sedang lesu,
“Castella, apa kau baik-baik saja? Kau mau ikut ke kantin tidak?” Sofia
menyadarkan lamunanku, aku kaget dan melihat ke arah Sofia, “mau sih tapi…” aku
tidak melanjutkan kalimatku sambil melirik Anna, entah mengapa Anna seperti
tahu maksudku, dia bangkit dari kursinya dan pergi keluar kelas. Aku langsung bangkit
dan keluar dari tempat dudukku sambil mengikuti teman-temanku ke kantin. “apa
kalian tidak merasa aneh dengan Anna?” tanyaku saat kami menikmati makanan kami
masing-masing, “aneh? Aneh apanya Castella? Kamunya saja yang belum bisa
beradaptasi” jawab Raisa santai. “kalian tidak lihat dia pakai eyepatch?” tanyaku lagi dengan nada
gusar. “Castella, kamu perlu tenang, apa kamu belum pernah lihat orang memakai
penutup mata?” jawab Taras sambil menegaskan jawaban Raisa. “tapi…” aku tidak
menyangka mereka malah membela Anna, mungkin mereka benar, akunya saja yang
belum bisa beradaptasi. Pertama aku masih bingung, tetapi aku terima saja
sambil melanjutkan makananku.
Saat pelajaran terakhir adalah pelajaran sejarah, biasanya
aku semangat dengan pelajaran sejarah. Hanya karena “Annatashia” aku jadi malas
untuk berkonsentrasi. Aku melihat apa yang sedang dilakukan Anna, dia sedang
memperhatikan guru yang sedang menjelaskan asal mula manusia purba, aku nyaris
hafal semua materi yang telah dipelajari dari SMP dulu. Jadi aku tak merasa
khawatir jika tidak mengerti. Saking bosan dan malasnya, tanpa sengaja aku
mencolek pundak Anna dengan jari ku, dia menoleh tanpa berkata patah kata pun,
hanya memandangku sebentar kemudian kembali memperhatikan guru mengajar. Cih…
aku dicuekin, kemudian aku menepuk pundak Anna dengan agak keras, Anna menoleh
lagi dan kali ini dia mengatakan sesuatu “ada apa Castella?” dia berkata dengan
nada dingin seperti biasa. “kenapa kau cuek sekali denganku sih, kau ini kan
teman sebangku seharusnya kita saling berbagi keceriaan seperti teman sebangku
yang lain, coba kau lihat Elvira dan Taras” aku menunjukkan kepada Anna tempat
duduk pasangan mesra itu, Anna melihat mereka berdua sedang bercanda karena
dari tadi mereka tertawa-tawa kecil. Setelah itu Anna kembali memperhatikan apa
yang disampaikan guru. Lah… apa dia tidak mengerti maksudku “Anna kenapa kau…”
belum selesai aku berkata padanya, dia meletakkan jari telunjuknya di bibir
yang menandakan aku tidak boleh mengganggunya lagi. Dengan terpaksa aku
memperhatikan guru yang menjelaskan materi terakhir sebelum bel pulang
berbunyi.
Saat pulang sekolah, aku tidak mau langsung pulang. Aku
melihat Anna sedang menunggu seseorang di gerbang sekolah, aku melihat
teman-temanku sedang berbicara dengan Anna sebentar kemudian mereka
meninggalkan Anna dengan lambaian senang. Aku duduk di taman dekat gerbang
sambil mengamati Anna, tak lama kemudian aku melihat ada gadis yang seumuran
dengannya, dia memakai jaket yang tudungnya dia pakai, jadi aku tidak melihat wajahnya
dengan jelas dan dia memakai celana pendek. Dia tersenyum sambil menepuk pundak
Anna, aku lihat Anna sangat senang dia bahkan tertawa saat gadis itu
menceritakan sesuatu, ah ternyata Anna tidak terlalu dingin, batinku. Kemudian
Anna dan gadis itu meninggalkan gerbang dan menghilang di balik gang. Aku
terkejut saat ada yang menepuk pundakku, ternyata Nikolai… bikin kaget saja,
“kenapa kamu belum pulang” Nikolai memandangku, “aku mau pulang nih, kita
pulang bareng ya. Lagipula kamu tidak ada kegiatan setelah pulang sekolahkan?”
“ah tidak ada kok, a..ayo pulang” aku malah gugup saat berbicara dengan
Nikolai.
Tak kusangka sudah hampir satu minggu aku sekolah, aku sudah
mempelajari banyak materi yang lumayan susah, itu tandanya aku harus belajar
lebih giat. Malam itu sebelum tidur, aku bermain game yang ada di smartphone ku
dan di saat ditengah-tengah permainan aku melihat ada yang menelponku, aku
keluar dari game dan melihat siapa yang menelponku, aku melihat nomor itu tidak
memiliki nama alias aku tidak mengenalnya, mungkin ini nomor salah satu teman
ku yang baru. Aku menjawab telepon itu dan aku hanya mendengar orang-orang
menangis,berteriak dan meminta bantuan “ha..halo?” aku berusaha membuka
percakapan walau agak gugup karena suara-suara itu bersahut-sahutan. “tolong..tolong aku…” suara
itu mirip Anna, ah ada apa dengan dia? “Anna? Anna kau kenapa?” aku khawatir
akan sesuatu yang sedang terjadi pada Anna. Tiba-tiba telepon itu mati, aku
mencoba menelpon ulang tetapi tidak bisa, aku mematikan smartphone ku dan
tidur. Malam itu aku malah bermimpi buruk, aku melihat temanku Raisa dan Sofia
dan beberapa orang di dalam bus mengetuk-ketuk kaca bus di tengah rel kereta.
Aku melihat banyak orang hanya menonton mereka bukannya menolong, aku berlari
untuk membuka pintu tetapi gagal, seperti di kunci oleh supir. Maka aku menuju
pintu supir, dan aku melihat pak supir yang sudah kaku dengan kepala yang
menempel pada setir, aku melihat kepalanya berdarah, aku membuka pintu tetapi
sama saja,gagal. Aku mendengar suara kereta yang akan datang dan melintas rel
ini, tunggu.. mereka bisa mati jika tidak ada yang menolong, aku berteriak
kepada orang-orang yang sejak tadi menonton mereka, aku panik saat kereta sudah
beberapa puluh meter dari bus itu, kereta itu melaju sangat cepat. Beberapa
detik dan senti sebelum kereta itu menabrak bus, aku melihat ada gadis di dalam
itu yang sangat kukenal…Anna? Tetapi dia tidak memakai penutup mata, dan
rambutnya di kucir dua. Dalam waktu yang sangat singkat bus itu hancur, dan aku
melihat darah di sepanjang rel.
Aku terbangun dari mimpi buruk
itu, syukurlah hanya mimpi. Dipikiranku masih terbayang Raisa dan Sofia dan
juga gadis yang mirip Anna itu, aku mengusap keringat di dahi ku dan pergi
mandi. Saat sampai sekolah aku melihat banyak bunga bertaburan di dekat
gerbang, apa ada warga sekolah yang meninggal? Aku mengingat mimpi ku tadi
malam, tetapi aku berpikir positif saja, teman-teman ku tidak apa kok aku
menenangkan diri sambil berjalan menuju kelas. Sampai di kelas aku melihat
banyak meja yang diberi vas bunga. Aku tercekat saat melihat meja Raisa dan
Sofia diberi vas bunga, masa sih mereka… “Castella?” aku menoleh dan melihat
Elvira dan Taras memandangku dengan wajah sedih, “apa kau belum tahu apa yang
terjadi pada mereka berdua?” Tanya Elvira. Aku menggeleng, “mereka..mereka
semua mati… kemarin sore saat bus yang mereka tumpangi mogok di tengah rel,
supir sudah membuka pintu tertapi macet, penumpang panik Karena suara
peringatan kereta akan melintas berbunyi, petugas sudah membantu membukakan
pintu tetapi gagal, kereta yang akan melintas sudah diberi tahu ada bus yang
mogok di tengah rel, sayangnya kereta itu tak jauh dari lokasi bus itu, jadi
tidak bisa dihentikan dan terjadilah kecelakaan tragis, nyaris semua orang di
dalam bis meninggal termasuk beberapa teman-teman sekelas kita, Raisa dan Sofia
juga tidak selamat” aku mendengar penjelasan dari Elvira dan meneteskan air
mata, Elvira memelukku untuk menenangkanku. saat jam pelajaran pertama, kepala
sekolah menyuruh semua murid berkumpul di aula untuk mengadakan doa bersama
agar arwah mereka semua tenang.
Saat aku berdoa bersama
Elvira,Taras dan Nikolai, aku ingat akan Anna
Kemana Anna? Kenapa dia tidak
masuk sekolah?
Apa jangan-jangan dia…
~Bersambung…~
“Annatashia,
si gadis cuek yang sangat dingin terhadapku. Menyimpan semua misteri termasuk
misteri dibalik penutup matanya itu”
-Castella
-Castella