Minggu, 06 November 2016

Lime and Blood part 2

©2015 Nadia Idzni 


Part II
J
am istirahat telah berdering, semua murid berhamburan keluar dan cepat-cepat ingin ke kantin untuk menikmati makanan mereka. Mereka terlihat bersemangat, kecuali aku. Ya, rasa semangat ini pupus sudah saat bertemu Annatashia, aku menyandarkan kepalaku ke tembok. Haah… aku menghela nafas panjang, teman-temanku yang akan keluar untuk kekantin melihat ku sedang lesu, “Castella, apa kau baik-baik saja? Kau mau ikut ke kantin tidak?” Sofia menyadarkan lamunanku, aku kaget dan melihat ke arah Sofia, “mau sih tapi…” aku tidak melanjutkan kalimatku sambil melirik Anna, entah mengapa Anna seperti tahu maksudku, dia bangkit dari kursinya dan pergi keluar kelas. Aku langsung bangkit dan keluar dari tempat dudukku sambil mengikuti teman-temanku ke kantin. “apa kalian tidak merasa aneh dengan Anna?” tanyaku saat kami menikmati makanan kami masing-masing, “aneh? Aneh apanya Castella? Kamunya saja yang belum bisa beradaptasi” jawab Raisa santai. “kalian tidak lihat dia pakai eyepatch?” tanyaku lagi dengan nada gusar. “Castella, kamu perlu tenang, apa kamu belum pernah lihat orang memakai penutup mata?” jawab Taras sambil menegaskan jawaban Raisa. “tapi…” aku tidak menyangka mereka malah membela Anna, mungkin mereka benar, akunya saja yang belum bisa beradaptasi. Pertama aku masih bingung, tetapi aku terima saja sambil melanjutkan makananku.
Saat pelajaran terakhir adalah pelajaran sejarah, biasanya aku semangat dengan pelajaran sejarah. Hanya karena “Annatashia” aku jadi malas untuk berkonsentrasi. Aku melihat apa yang sedang dilakukan Anna, dia sedang memperhatikan guru yang sedang menjelaskan asal mula manusia purba, aku nyaris hafal semua materi yang telah dipelajari dari SMP dulu. Jadi aku tak merasa khawatir jika tidak mengerti. Saking bosan dan malasnya, tanpa sengaja aku mencolek pundak Anna dengan jari ku, dia menoleh tanpa berkata patah kata pun, hanya memandangku sebentar kemudian kembali memperhatikan guru mengajar. Cih… aku dicuekin, kemudian aku menepuk pundak Anna dengan agak keras, Anna menoleh lagi dan kali ini dia mengatakan sesuatu “ada apa Castella?” dia berkata dengan nada dingin seperti biasa. “kenapa kau cuek sekali denganku sih, kau ini kan teman sebangku seharusnya kita saling berbagi keceriaan seperti teman sebangku yang lain, coba kau lihat Elvira dan Taras” aku menunjukkan kepada Anna tempat duduk pasangan mesra itu, Anna melihat mereka berdua sedang bercanda karena dari tadi mereka tertawa-tawa kecil. Setelah itu Anna kembali memperhatikan apa yang disampaikan guru. Lah… apa dia tidak mengerti maksudku “Anna kenapa kau…” belum selesai aku berkata padanya, dia meletakkan jari telunjuknya di bibir yang menandakan aku tidak boleh mengganggunya lagi. Dengan terpaksa aku memperhatikan guru yang menjelaskan materi terakhir sebelum bel pulang berbunyi.
Saat pulang sekolah, aku tidak mau langsung pulang. Aku melihat Anna sedang menunggu seseorang di gerbang sekolah, aku melihat teman-temanku sedang berbicara dengan Anna sebentar kemudian mereka meninggalkan Anna dengan lambaian senang. Aku duduk di taman dekat gerbang sambil mengamati Anna, tak lama kemudian aku melihat ada gadis yang seumuran dengannya, dia memakai jaket yang tudungnya dia pakai, jadi aku tidak melihat wajahnya dengan jelas dan dia memakai celana pendek. Dia tersenyum sambil menepuk pundak Anna, aku lihat Anna sangat senang dia bahkan tertawa saat gadis itu menceritakan sesuatu, ah ternyata Anna tidak terlalu dingin, batinku. Kemudian Anna dan gadis itu meninggalkan gerbang dan menghilang di balik gang. Aku terkejut saat ada yang menepuk pundakku, ternyata Nikolai… bikin kaget saja, “kenapa kamu belum pulang” Nikolai memandangku, “aku mau pulang nih, kita pulang bareng ya. Lagipula kamu tidak ada kegiatan setelah pulang sekolahkan?” “ah tidak ada kok, a..ayo pulang” aku malah gugup saat berbicara dengan Nikolai.
Tak kusangka sudah hampir satu minggu aku sekolah, aku sudah mempelajari banyak materi yang lumayan susah, itu tandanya aku harus belajar lebih giat. Malam itu sebelum tidur, aku bermain game yang ada di smartphone ku dan di saat ditengah-tengah permainan aku melihat ada yang menelponku, aku keluar dari game dan melihat siapa yang menelponku, aku melihat nomor itu tidak memiliki nama alias aku tidak mengenalnya, mungkin ini nomor salah satu teman ku yang baru. Aku menjawab telepon itu dan aku hanya mendengar orang-orang menangis,berteriak dan meminta bantuan “ha..halo?” aku berusaha membuka percakapan walau agak gugup karena suara-suara itu bersahut-sahutan. “tolong..tolong aku…” suara itu mirip Anna, ah ada apa dengan dia? “Anna? Anna kau kenapa?” aku khawatir akan sesuatu yang sedang terjadi pada Anna. Tiba-tiba telepon itu mati, aku mencoba menelpon ulang tetapi tidak bisa, aku mematikan smartphone ku dan tidur. Malam itu aku malah bermimpi buruk, aku melihat temanku Raisa dan Sofia dan beberapa orang di dalam bus mengetuk-ketuk kaca bus di tengah rel kereta. Aku melihat banyak orang hanya menonton mereka bukannya menolong, aku berlari untuk membuka pintu tetapi gagal, seperti di kunci oleh supir. Maka aku menuju pintu supir, dan aku melihat pak supir yang sudah kaku dengan kepala yang menempel pada setir, aku melihat kepalanya berdarah, aku membuka pintu tetapi sama saja,gagal. Aku mendengar suara kereta yang akan datang dan melintas rel ini, tunggu.. mereka bisa mati jika tidak ada yang menolong, aku berteriak kepada orang-orang yang sejak tadi menonton mereka, aku panik saat kereta sudah beberapa puluh meter dari bus itu, kereta itu melaju sangat cepat. Beberapa detik dan senti sebelum kereta itu menabrak bus, aku melihat ada gadis di dalam itu yang sangat kukenal…Anna? Tetapi dia tidak memakai penutup mata, dan rambutnya di kucir dua. Dalam waktu yang sangat singkat bus itu hancur, dan aku melihat darah di sepanjang rel.
Aku terbangun dari mimpi buruk itu, syukurlah hanya mimpi. Dipikiranku masih terbayang Raisa dan Sofia dan juga gadis yang mirip Anna itu, aku mengusap keringat di dahi ku dan pergi mandi. Saat sampai sekolah aku melihat banyak bunga bertaburan di dekat gerbang, apa ada warga sekolah yang meninggal? Aku mengingat mimpi ku tadi malam, tetapi aku berpikir positif saja, teman-teman ku tidak apa kok aku menenangkan diri sambil berjalan menuju kelas. Sampai di kelas aku melihat banyak meja yang diberi vas bunga. Aku tercekat saat melihat meja Raisa dan Sofia diberi vas bunga, masa sih mereka… “Castella?” aku menoleh dan melihat Elvira dan Taras memandangku dengan wajah sedih, “apa kau belum tahu apa yang terjadi pada mereka berdua?” Tanya Elvira. Aku menggeleng, “mereka..mereka semua mati… kemarin sore saat bus yang mereka tumpangi mogok di tengah rel, supir sudah membuka pintu tertapi macet, penumpang panik Karena suara peringatan kereta akan melintas berbunyi, petugas sudah membantu membukakan pintu tetapi gagal, kereta yang akan melintas sudah diberi tahu ada bus yang mogok di tengah rel, sayangnya kereta itu tak jauh dari lokasi bus itu, jadi tidak bisa dihentikan dan terjadilah kecelakaan tragis, nyaris semua orang di dalam bis meninggal termasuk beberapa teman-teman sekelas kita, Raisa dan Sofia juga tidak selamat” aku mendengar penjelasan dari Elvira dan meneteskan air mata, Elvira memelukku untuk menenangkanku. saat jam pelajaran pertama, kepala sekolah menyuruh semua murid berkumpul di aula untuk mengadakan doa bersama agar arwah mereka semua tenang.
Saat aku berdoa bersama Elvira,Taras dan Nikolai, aku ingat akan Anna
Kemana Anna? Kenapa dia tidak masuk sekolah?
Apa jangan-jangan dia…


~Bersambung…~

“Annatashia, si gadis cuek yang sangat dingin terhadapku. Menyimpan semua misteri termasuk misteri dibalik penutup matanya itu”
                                   
-Castella

Tidak ada komentar:

Posting Komentar